Jumat, 09 Desember 2022

Haruskah Berhenti?

Aku terus melangkah sambil sesekali melihat ke belakang. Aku takut tersesat tapi tidak ingin berhenti di sini.

Perjalanan rasanya sudah jauh, tetapi masih saja hati ini tidak yakin. Aku tidak merasakan damai sejahtera. Selalu saja ada pergumulan dalam hati. 

Aku sadar kalau aku sepertinya sudah melanggar batas dan memberi toleransi kepada pelanggaranku. Aku mulai bosan dan lelah. Kalau ada sedikit saja pemicu rasanya akan langsung meledak. Aku sadar ini sudah tidak benar. Kalau terus begini aku akan meledak karena terus menahan diri. Aku bukan diriku hanya demi kompromi.

Haruskah berhenti sekarang?

Rasanya belum rela, sayang waktu yang terbuang, sayang moment yang sudah terbentuk.

Dia menjadikanku pribadi yang lebih sabar, lebih dewasa, lebih peduli, lebih pintar, lebih bisa menahan diri.

Tapi dia tidak seperti yang ditentukan bagiku.

Aku suka ikan bakar, ayam bakar is ok kalau ikan ga ada, tapi bukan berarti aku memilih ayam bakar. Aku tetap maunya ikan bakar. Ilustrasi yang aneh tapi ya... seperti itu kira-kira.

Aku mencari yang aku tahu akan membuatku nyaman menjalani hidupku. Ada hal yang bisa aku terima dan tidak akan memicu kekesalanku, tetapi ada hal yang aku tidak bisa aku terima.

Pikiran dan hatiku selalu bertolak belakang, ngak sinkron



Haruskah berhenti??

Sebelum lebih jauh aku jalan dan aku makin tersesat, semakin banyak waktu yang terbuang, sebelum semakin dalam rasa yang tumbuh dan semakin sakit jika benar berakhir.. aku rasa aku harus berhenti.


Kamis, 28 Juli 2022

Mendadak Melow

Biasa kamu selalu ceria, penuh semangat dan canda tawa.

Tak jarang kamu juga sangat emosional dan galak seperti preman.

Tapi beberapa minggu ini kamu selalu melow.

Sering aku melihatmu tiba-tiba meneteskan air mata.

Raut wajahmu pun tidak terlihat ceria seperti biasa.. tidak seperti namamu Ria.

Beberapa kali kamu pun tertunduk lemas dan menghela nafas panjang.

Kamu tidak tampak antusias seperti biasanya.

Ketika kuajak bicara, kamu juga seringkali tidak fokus.

Kamu tidak menanggapi pembicaraan, tidak mengatakan apa-apa.

Kadang kamu ketus sekali seolah tidak ingin diganggu.

Kamu sering terlihat kurang bersemangat dan tatapanmu pun kosong.

Kamu sering diam dan memilih pakai headset dan sibuk dengan pekerjaanmu saja.

Kamu seolah tidak peduli dengan hal lain dan hanya tenggelam dalam duniamu saja.

Kamu tidak lagi peduli dengan pembicaraan orang lain yang kamu tahu tidak benar.

Kamu tidak menasehati atau membalik persepsi.

Kamu tidak peduli dengan hal-hal negatif yang dilontarkan orang lain.

Energi positifmu pun seolah redup.

Kamu juga lebih sering memilih sendiri dan pergi menjauh dari yang lain

Apa yang terjadi denganmu?

Lelah kah kamu dengan semua yang terjadi?

Kamu butuh waktu sendiri kah?

Jangan lama-lama ya.. segera kembali seperti Ria yang aku kenal.

I love you. You did good. You deserve better life.






Selasa, 26 Juli 2022

Mesin Waktu

Beberapa kali dengerin lagu ini, awalnya biasa saja. Bagus dan cukup menyentuh. Lalu, aku putuskan nonton film-nya dan yang ada aku nangis sejadinya. Cengeng sih.. tapi ya gitu deh.

Kayaknya efek hormon.

Beberapa bulan ini sensitif banget dan mudah banget terpengaruh. Mudah menjadi emosional, gampang terharu, mudah baperan, dan paling parah adalah jadi gampang tersinggung.

Untuk menghindari menyakiti orang lain, aku pilih menghindar dan tidak mau banyak berinteraksi. Aku pilih diam dan tidak banyak berkomentar. Aku juga lebih banyak kerja sampai lelah supaya tidak perlu banyak berhubungan dengan orang lain. Sabtu Minggu untuk urusan gereja dan istirahat atau liburan yang jauh supaya tidak burn out dan bikin makin tersinggung.

Baru hari ini, aku dengar lagu ini lagi dan rasanya kok sedih banget. Habis liburan malah makin baper. Jadi kebayang kalau bisa putar waktu, rasanya mau diputar ke saat dimana aku tidak kenal kamu karena rasa sakitnya ga bisa hilang sampai hari ini. Kalau ada yang bilang, waktu menyembuhkan, mungkin waktunya dibalik ke masa sebelum sakit itu terjadi.

Mentorku bilang, kalau semua hal boleh terjadi dalam hidup kamu, pasti karena seiijin Tuhan dan untuk mengajarkan banyak hal. Ada hal yang diajarkan lewat pengalaman indah, tapi ada juga lewat rasa sakit.


Mesin Waktu

Kalau harus ku mengingatmu lagi
Aku takkan sanggup dengan yang terjadi pada kita
Jika melupakanmu hal yang mudah
Ini takkan berat, takkan membuat hatiku lelah
Kalah, kuakui aku kalah
Cinta ini pahit dan tak harus memiliki
Jika aku bisa, ku akan kembali
Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih
Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau
Membawa kamu lewat mesin waktu

 

Jumat, 04 Maret 2022

What Will You Do for Love?

'What Will You Do for Love?'

Kalimat ini aku dengar ketika tanpa sengaja melihat iklan parfum.

Kalimat yang membuatku berfikir dan merenungkan beberapa hal. Tidak kebetulan juga statement ini didengar di bulan Februari yang selalu identik dengan bulan penuh cinta/kasih sayang.


God is Love.. What will I do for GOD?

I can't do anything karena hidupku adalah milik-Nya, punya Tuhan dan Dia yang melakukan segala sesuatu di dalam hidupku. Kalau tidak karena Tuhan, maka yang akan saya hasilkan hanya hal-hal yang tidak baik dan pastinya tidak mengasihi. Tuhan bilang kalau kita mengasihi Dia, maka kita akan mengasihi manusia lain yang dikasihiNya. Mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan bisa nyata terlihat dengan mengasihi sesama manusia.

Lalu, tidak kebetulan aku baca kembali buku 'Love is a Verb'. Buku ini sudah lama aku selesaikan, tetapi tiba-tiba teringat dan kubaca kembali. Selalu suka membaca buku tentang bagaimana mengekspresikan kasih. Buku ini juga ditulis oleh penulis yang sama dengan 'The 5 Love Languages'.

Kasih ditunjukkan dengan cara yang berbeda-beda dan dipahami dengan cara yang berbeda. Jika buatmu memeluk adalah kasih, maka bagiku belum tentu aku pahami sebagai bentuk kasih. Bahkan bisa jadi hal yang aku rasakan sebagai hal yang menghina bukan mengasihi. Demikian juga sebaliknya, jika aku mengasihi dengan hadiah dan kamu tidak suka, maka yang ada kamu merasa aku cuma 'membelimu' dengan barang-barang. 

Setiap orang memiliki bahasa kasih yang berbeda dan untuk bisa dipahami, maka kita harus belajar mengetahui bahasa kasih dari orang yang mau menjadi target kasih kita.

Satu hal yang pasti, Love is sacrifice. Melakukan apa yang belum tentu kita sukai demi menyenangkan orang yang dikasihi. Berkorban demi kebahagiaan orang lain membawa kebahagian yang tidak pernah terbayangkan. Jika menggunakan logika, maka tidak akan terbayangkan karena Kasih tidak ada di Logika tapi di hati. Sama seperti KASIH BAPA kepada manusia yang kalau dipikir dengan logika, maka tidak akan pernah masuk akal.  Bagaimana bisa masuk logika, seorang raja mau turun ke dunia dan mati untuk tebus dosa manusia. Darah ganti darah sebagai penebusan.

Bisakah saya juga berkorban untuk orang yang aku kasihi untuk membuat dia paham aku mengasihinya? Even bahasa kasih kami berbeda, bersediakah aku merendahkan hati untuk mengikuti bahasa kasihnya supaya ia paham? Berkorban dari materi sampai non materi seperti waktu, tenaga, perasaan, pikiran dan keinginanku sendiri?

LOVE... kata yang sederhana dan mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilakukan.



Selasa, 08 Februari 2022

Aku adalah Aku, Meski Kamu Berubah

Aku adalah Aku, Meski Kamu Berubah

Kalimat ini terinspirasi dari 2 Timotius 2: 13: Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.

Seiring berjalan waktu, semakin aku belajar dan mengenal Tuhan dan bertumbuh baik secara usia fisik dan rohani, aku tahu hidupku diubahkan Tuhan. Aku didewasakan lewat setiap orang dan kejadian dalam hidupku. Makin hari aku belajar memaknai hidup berjalan makin serupa Kristus. 

Tuhan tidak berubah, meski kita selalu berubah. Kadang kita begitu rajin dan on fire dalam setiap hal yang Tuhan percayakan, tetapi kadang kita lesu dan ingin 'egois' dan menyenangkan diri sendiri.
 
Ketika dalam ujian, kita melekat erat kepada Tuhan
Ketika kita memiliki pergumulan, kita memohon kepada Tuhan
Ketika sedang sedih, kita berharap kepada Tuhan
Ketika kita butuh, kita meminta kepada Tuhan

Lalu ketika kita bahagia dan merasa mampu, kita lupa dengan Tuhan?
Ketika kita diberkati, kita lupa bersyukur?
Lebih buruk lagi, ketika ujian datang, kita salahkan Tuhan dan menganggap DIA Tuhan yang jahat?

DIA Allah yang setia dan tak berubah. DIA adalah Kasih, bagaimana mungkin DIA sanggup menyakiti untuk membuat kita menderita.
Penderitaan datang karena kita berharap di luar rancangan Tuhan
BAPA mana yang rela menyakiti anakNya?
Jika kita 'dihajar' karena IA tidak mau kita menjadi semakin terjerumus dan hancur, keluar dari master plan-Nya.

Yeremia 29:11 TB

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.


TRUST and OBEY

Ketika Tuhan sudah merancang yang baik dalam kehidupan kita, maka IA akan memenuhi rancangan-NYA karena IA tidak bisa melanggar janji-Nya.

Ketika kita melenceng ke kanan dan ke kiri, IA akan selalu sama, setia menunggu dan menuntun kita di jalan lurusNya.

Ketika IA masukkan kita dalam satu ujian, maka IA tahu kita pasti sanggup melewati ujian tersebut dan kelaur sebagai pemenang.

Yang harus dilakukan adalah PERCAYA dan TAAT. Respon orang percaya adalah ketaatan. Jika kita percaya pada Tuhan dan janjiNya, maka taat saja kepada FirmanNya. Tidak mudah dan tidak nyaman, tapi membawa damai sejahtera dan hidup benar.


Demikian dalam hidupku secara horizontal dengan sesamaku, bisakah aku bersikap seperti Tuhan? Apakah aku masih bisa menjadi aku yang Tuhan ciptakan sesuai gambaran-Nya? Jika Allah adalah KASIH, maka aku pun produk KASIH ALLAH. Rasaku adalah KASIH Tuhan.

Mampukah aku setia, ketika si dia tidak setia? Sanggupkah aku tetap menjadi diriku yang mengasihi dia, ketika kasihnya sudah pudar? Bisakah aku tetap tersenyum, ketika dia berpaling dan meninggalkanku? Apakah aku masih bisa bahagia, meski dia tidak membahagiakan seperti yang aku harapkan? Bisakah aku tetap sama, meski dia berubah? Aku tahu aku bisa karena Tuhan yang kerjakan untukku. Bagianku sebagai orang percaya adalah meresponi dengan TAAT.



 

The Man in October 2021

 Aku kenal dia tanggal 10.10.21 lewat aplikasi Bumble.

Tak pernah terpikir akan berlanjut serius seperti sekarang.. (Januari 2022)

Aku swipe kanan hanya karena beberapa keterangan profilnya: 

Polyglot (he speaks many languages) - so I assumed he is smart

A proud daddy of a son  - Aku selalu suka dengan sosok ayah yang sayang sama anak yang aku tidak pernah benar-benar rasakan. Dan aku tidak perlu pusing kalau one day tidak punya anak (kalau benar sampai ke hubungan yang lebih serius).

Don't do Alcohol and Smoking - Ini tidak bisa aku tolerir karena aku sensitif terhadap bau alkohol dan rokok/asap.

Children lover - what a heart dan sama dengan pelayananku di dunia anak.

Love travelling, hiking, backpacking, road trip - aku pun suka begitu

I know he is not Chinese, but still I always choose this kind of person (I don't know what is wrong with me). Meskipun aku tahu akan menyulitkanku ke depannya tapi selalu saja hati ini 'nakal'.

Makin ngobrol dengannya, aku makin tertarik sama dia.

Dia pintar, dia rajin, dia tekun, dia ulet, dia sayang sama anak dan keluarganya.

I know I easily like someone. Dikasih perhatian saja, terus kalau ngobrol nyambung dan pintar, pasti aku suka.

He is also sweet banget. Namanya wanita, kalau digombalin, bisa lumer (but, I guess aku ga gitu2 banget karena logikaku terlalu dominan).

Secara logika sih kayak ga make sense, in three days, he can say that he likes and wants me.

Bodoh sih, tapi ini yang terjadi. Entahlah aku dibohongi atau tidak, tapi aku percaya aja sama kata-katanya. Aku berusaha positif saja. Ada rasa kuatir, kejadian dulu akan berulang lagi karena karakternya mirip.

Maybe I'm too naive sampai percaya seperti ini.

Aku bahkan berpuasa untuk hubungan ini, terlepas memang aku mau membiasakan diriku untuk selalu doa puasa sehingga aku tidak mengandalkan diriku tapi benar bergantung sama Tuhan.

Terlepas dia nanti untukku atau tidak, at least, aku belajar berpuasa untuk jiwa yang rindu untuk diselamatkan Tuhan.

Aku percayakan hatiku ke Tuhan, kalau memang bukan untukku, aku belajar ikhlas. Tidak ada hal yang terjadi karena kebetulan, pasti ada pelajaran yang didapat dan mendewasakan.

Memang ada beberapa hal yang menjadi pemikiranku:

  1. Dia bercerai. Tidak ada perceraian yang terjadi karena satu pihak aja. Pasti ada yang salah dari dia juga. Aku ga tahu bagaimana bertanya, pasti pembelaan sepihak dia saja. Tapi itu masa lalunya dan setiap orang punya masa lalu dan berhak atas masa depan yang lebih baik.
  2. Dia terlalu sibuk dan cuek. Kadang aku berpikir, mungkin dia ga siap untuk memulai hubungan lagi. Aku ga tahu apa aku sanggup punya pasangan seperti itu. Aku demanding yang perhatian.
  3. Dia tidak Chinese. Even dia bilang kalau dia ga masalah dan datang dari keluarga yang sangat universal, tetap saja aku bingung. Sepertinya keluargaku yang akan sulit menerima.
  4. Dia berbeda. Ini hanya Tuhan yang bisa menolong. Dia memang ga memaksa dan ga memintaku untuk pindah, tapi aku ga mungkin sanggup melawan Firman Tuhan.

Aku takut kalau aku sebenarnya hanya mainan saja buat dia. Aku ingin serius memberikan hatiku untuknya, tetapi selalu ada kekuatiran kalau dia ternyata hanya main-main denganku. Apa yang dia lakukan bahkan lebih buruk dari yang Tian usahakan dulu. Setidaknya Tian selalu ngobrol denganku, jadwal rutin dan jelas. Yes, I know, aku tidak seharusnya membandingkan.

Aku berharap dia sungguhan dengan aku. Aku sudah siap dengan segala konsekuensinya dan mau menjalaninya. Tapi, kalau dia tidak berusaha meyakinkan, aku  bingung dan tidak berani melangkah lebih jauh.

Kenapa dia ga mau berusaha bertemu denganku? Kenapa tidak pernah meneleponku untuk bicara langsung? Kenapa dia mendadak aktif di sosmed? Apa ga semakin mencurigakan? 




Selasa, 11 Januari 2022

3 Bulan Mengenal Dia

Tanggal 10.10.2021 aku mengenalnya.

Tanggal 10.01.2022 menjadi 3 bulan.

Jika di HRD, maka sudah menjadi penilaian apakah lulus probation atau tidak.

Jika ditanya padaku, maka aku memberi nilai C saja. Banyak hal positif yang aku suka, tetapi juga banyak hal negatif yang menjadi pertimbanganku.

Jika dinilai dari awal, sebenarnya aku tahu aku tidak boleh memasukkan dia dalam list, tapi aku melanggar dan memberi celah untuk diriku sendiri. Aku kompromi dan dengan dalih cuma berteman. 

Dari awal aja sudah tidak satu frekuensi, aku berharap bisa berteman dahulu, tapi dia memperlakukan aku tidak seperti teman sampai pada akhirnya hubungan ini tidak jelas lagi seperti apa.

Aku serba salah. Di satu sisi, aku ga mau dia terluka (walaupun dia yang menjadi penyebabnya sendiri). Di sisi lain, aku juga yang merasa mampu menghandle hubungan ini, tapi yang ada malah aku terjebak di tengah perasaan yang tidak jelas.

Aku tahu aku salah jalan dan bingung cara kembalinya.

Manusia duniawiku berharap, tapi manusia Rohku menolak.

Secara karakter, banyak yang tidak aku sanggup tolerir (ga prinsip dan kalau memang harus dijalani ya aku harus belajar menyesuaikan diriku dan itu pun baik buatku untuk menjadi lebih dewasa). Aku ga suka manusia cuek karena aku penuh kecurigaan dan tidak sabar. Aku ga suka manusia yang tidak empatik karena tidak mau belajar peka dan peduli perasaan orang lain. Aku manja dan mau diprioritaskan lebih dari yang lain (aku tahu batasanku dan menurutku kerjaan/your me time tidak lebih penting dari aku).

Haruskah aku menunggu ending dari masa puasaku? Atau aku akhiri sekarang saja?

Siapkah aku dengan semua konsekuensinya? Atau aku bicarakan lagi? tapi buat apa bicara untuk hal yang sudah tidak mungkin. 

Alasan paling utama dan prinsipal tidak berubah ya sudah seharusnya tidak usah kompromi. Jikapun dia berubah menjadi pria yang lebih care dan perhatian seperti aku mau, dia tetap tidak bisa menjadi pria seiman yang aku rindukan. Sumber masalah akan selalu ada, jika sumber solusi tidak sama, maka masalah tidak akan pernah selesai.