Rabu, 25 Februari 2015

Bahasa Kasih

Lamanya waktu bersama seseorang tidak berarti membuat kita mengenal orang tersebut dengan baik.
We need to spend time and observe to know someone.
Menghabiskan waktu untuk berkomunikasi, memperhatikan semua aktivitas dan gerak-gerik, bertanya, semua hal yang tidak berpusat pada diri kita tapi pada orang tersebut... Itu yang membuat kita mengenalnya.

Seminggu lebih aku "melepas kacamataku" dan melihat dari sisi yang berbeda, melihat dari kacamata orang lain dan aku menyadari sesuatu.
Betapa aku tidak mengenalnya, meski secara fisik aku ada bersamanya
Betapa aku tidak mengetahui hal terdalam, meski setiap hari kami bertemu dan bicara.
2 bulan "berkenalan" dan 6 bulan bersama tidak membuatku mengenalnya dengan baik.
Aku selalu merasa ada yang salah dan tidak sesuai harapan
Ini salah. Itu salah. Ini tidak benar. Itu tidak benar
Semuanya karena aku menilainya dengan kacamataku.
Dengan melihat dari sisi yang berbeda, aku tahu dia menggunakan caranya bukan cara yang aku mau dan itu tidak salah.
Tidak ada cara yang salah ketika menunjukkan rasa sayang kepada orang lain.
Hanya caranya saja yang terkadang tidak kita pahami.

Seminggu aku bersamanya
Seminggu aku melihatnya
Seminggu aku memperhatikan
Seminggu aku merasakan
Dan aku mengerti sekarang mengapa baby-ku merasakan kebahagiaan bersama papi-nya sedangkan aku tidak bisa.Bahasa kasih mereka sama sedangkan aku berbeda.

Mereka merasa dikasihi jika mereka dilayani dan diberi hadiah.
Itu bukan bahasa kasihku. Bagiku hadiah tidak terlalu berarti, dan aku wanita mandiri yang merasa bahwa setiap orang seharusnya mandiri dan tidak perlu manja untuk selalu dilayani.
Bahasa kasihku adalah kata-kata dan sentuhan.
Selama bersamanya, kami tidak saling memahami.
Ia memakai bahasa kasihnya dan aku dengan bahasa kasihku.
Aku dan dia juga tidak "berkomunikasi" dan yang menjadi kambing hitam adalah perbedaan di antara kami.
Tidak ada manusia yang sama persis dan perbedaan akan selalu ada, dan satu-satunya hal yang membuat kita bertahan hanya kasih.
Aku tidak merasa dikasihi karena dia tidak bicara dengan bahasa kasihku.
Dia merasa tidak dikasihi karena aku tidak bicara dengan bahasa kasihnya.

Namun ketika aku benar-benar memperhatikan, aku belajar.
Tahu akan hal ini memang tidak mengubah status dan kondisi di antara kami, tetapi membuatku sadar bahwa dia mengasihiku dengan caranya dan aku mengasihinya dengan caraku.

Bonus lain dari seminggu bersama, aku tahu bahwa baby-ku adalah copy paste papi-nya. Hampir semuanya sama. Wajah dan bentuk tubuh yang sama, entah dimana jatah gen mama-nya. Selera makan yang sama..pemakan segala dan tidak pemilih makanan. Cara tidur yang sama..dengan tangan selalu diangkat ke atas dan selalu menggoyangkan kaki sampai tertidur. Dan yang pasti, cara yang sama untuk menyatakan sayang ke mamanya..

Papi akan selalu menjadi papi-nya baby
Mama akan selalu menjadi mama-nya baby
Tapi papi dan mama tidak akan pernah jadi pasangan lagi.
Semua sudah berubah dan tidak akan sama lagi meski sekarang sudah saling memahami
Kasih adalah landasannya. Seiman dan sepadan adalah prinsipnya. Hanya dengan landasan dan prinsip ini aku akan menjalani hidup penuh anugrah yang Tuhan berikan.



Senin, 09 Februari 2015

Jadi Egois

Hari ini banjir cukup parah di Jakarta.
Mungkin bukan cuma cukup tapi sangat parah.

Rumah tinggal sejengkal lagi pun akan masuk air.
Jalanan di depan sudah di atas lutut orang dewasa, sekitar 50cm
Bahkan di beberapa titik sudah mencapai pinggang.

Hari ini perjalanan ke kantor saja rasanya sudah menyedihkan.
Perjalanan pulang lebih memprihatinkan
Aku sampai kebingungan bagaimana cara sampai di rumah.
Untung saja hujan masih gerimis... kalau tidak, aku pasti akan semakin bingung
Di tengah kebingungan, otakku masih bisa berfungsi dengan baik.
Sampai setengah jalan, aku perhatikan arah kendaraan, semua berhenti pada satu titik.
Aku putuskan berputar arah dan mencari jalan yang lebih jauh.
Aku bersyukur, jalan yang yang kupilih benar dan membawaku pulang dengan lebih cepat.

Saat seperti ini rasanya ingin sekali menjadi orang yang egois.
Lelah dan ingin sekali dimanja
Tapi jika aku ingat lagi yang terjadi, aku masih beruntung
Beberapa yang lain mungkin mengalami yang lebih buruk dariku
Meski hampir sebagian besar temanku tidak mengalami seperti yang kualami
Aku belajar bersyukur, aku masih bisa sampai di rumah dengan selamat

Beberapa teman sempat menawarkan untuk mengantar pulang, tapi kutolak karena jalur ke tempatku pasti akan sangat menyulitkan dan aku tidak tega kalau mereka harus mengalami kesulitan karenaku
Yang paling membuatku terharu adalah tawaran Mr. A. Dia bersedia melewati banyak kesulitan demi menjemputku.
Membujukku dan memaksaku untuk menunggunya datang menjemput padahal dia sudah enak di rumah.
Mana mungkin aku tega. Aku terpaksa membohonginya supaya dia tak perlu melakukan hal yang aku pikir bodoh. Maafkan aku.
Dalam hatiku terdalam, ingin sekali membiarkannya melakukan itu semua. Itu membuatku merasa begitu istimewa. Hal yang begitu aku inginkan. Aku merasa diperjuangkan dan dimanja. Tapi itu akan sangat egois. Aku memanfaatkannya. Aku ga sanggup melakukan itu. Hatiku tidak untuknya, tidak seharusnya aku memberinya kesempatan apalagi harapan.

Aku tahu aku egois.
Aku ingin dimanja
Aku ingin diperhatikan
Aku ingin diperjuangkan
Aku ingin menjadi yang paling berarti
Aku ingin jadi yang paling istimewa dan tidak diperlakukan sama dengan yang lain.
Aku ingin jadi wanita penting dalam hidupmu
Aku ingin jadi egois di hidupmu
Sama seperti kamu menjadi egois di hatiku

Februari 2015

Bulan Februari... banyak moment yang terjadi.
Mulai dari Chinese New Year, Valentine, sampai puncak banjir di Jakarta.

Bulan Februari tahun ini juga terasa berbeda.
Hatiku terasa sakit, tapi hari-hari kujalani dengan lebih ringan.

Di bulan ini juga aku belajar banyak hal.
Hal paling penting adalah bagaimana aku belajar meresponi setiap kejadian yang tidak sesuai dengan harapan dengan cara yang positif.
Ketika kita memiliki roh yang baik, maka sikap hati dan hidup akan positif meski situasi di luar tidak baik.
Percaya akan setiap janji Tuhan bahwa Ia akan selalu beserta kita dan tidak perlu merasa gelisah dan khawatir akan hal-hal yang akan terjadi.
Semua sudah Tuhan sediakan dan indah pada waktuNya. Tak pernah sekalipun Tuhan mengingkari janjiNya. Asalkan kita percaya dan sabar menunggu waktunya Tuhan, maka kita akan melihat hidup yang Tuhan rancang jauh lebih indah daripada yang mampu kita pikirkan.

Buat seseorang di sana... Maaf kalau harus menjadi seperti ini.
Tak pernah terpikir akan berakhir seperti ini..
Aku sudah berusaha tapi memang tidak semua hal harus dikalahkan dan berjalan sesuai dengan keinginan.