Selasa, 14 Desember 2021

December 2021 is TOO MUCH

Boleh ga sih aku nangis sepuasnya? Aku capek menahan diriku, berusaha kuat menghadapi semua pressure dan seolah mampu menyelesaikan semua masalahku. Pengendalian diri itu buah yang ga mudah dikembangkan buatku.

Dada aku sudah penuh sesak. It's too much and I'm overwhelmed.

Kerjaan ga habis-habis dan terus bertambah tanpa ada yang bisa bantuin, malah nambahin dan menyusahkan.

Pelayanan yang over my limit dan sama, ga ada yang bisa bantuin dan malah nambahin.

Keluarga yang banyak banget tuntutannya, aku terlalu lelah mendengarkan keluhan.

Pikiranku penuh banget, semua harus dikerjakan sedangkan energiku ga sebanyak itu

Ditambah lagi, dia yang ga bisa aku pahami, menambah isi pikiranku. 3 hari nangis rasanya sudah cukup.

Penuh banget rasanya. Aku kelelahan. Ga bisa tidur dengan tenang. Emosi ga stabil. Rasanya semuanya menumpuk.

Pengen kabur saja dan tinggalin semua. I need 'me time' sama Tuhan. Aku mau masuk kelas lagi. 


Dampaknya sudah kemana-mana.

1. Asisten dokter gigi kena marah karena kesalahan yang sebenarnya ga perlu heboh

2. Karyawan aku omelin 

3. Aku pilih berhenti mencoba dengan dia

4. Aku bahkan ga bisa saat teduh dengan benar


Aku capek. Aku lelah. Aku bosan. Aku mau nyerah. Entah ini karena aku mood swing karena mau datang bulan atau memang aku beneran sudah overlimit.

Aku ga bisa jadi kesaksian. Aku gagal sama diriku sendiri. Aku jadi reaktif sama semua hal.

THIS is just too much for me.


Senin, 13 Desember 2021

Love and Hate

Aku yakin banyak di antara kita pernah dalam situasi love and hate situation.
Di satu sisi, kita sayang sama orang tersebut, tapi di sisi lain juga kesal dan marah ke orang yang sama.

Lantas apa yang harus dilakukan?

Aku yang dulu pasti sudah akan marah-marah dan mengeluarkan semua isi hatiku tanpa memikirkan perasaan orang lain, yang penting aku lega.

Namun, dengan berjalannya waktu dan kedewasaan semakin bertumbuh, aku memilih untuk menahan diriku. Aku tidak mau menyakiti siapapun dan memilih untuk menyimpannya untuk diriku. 

Tapi dengan resiko konflik dalam diriku. Aku bersyukur punya Tuhan yang luar biasa yang memberiku kekuatan dan kemampuan untuk bisa menahan diriku. 

So, here is the story.

Long story short, aku kenal dengan Joe. A man that I like a lot, not because of what he has done to me but for who he is.
Tapi, semakin mengenal seseorang, pasti konflik akan terjadi. Aku tahu bukan salahnya sepenuhnya, tapi aku saja yang tidak bisa terima.

Semua bermula dari gambar yang aku tidak sukai yang Joe kirimkan kepadaku (gambar orang berciuman bibir ke bibir). Sebelumnya aku sudah pernah bilang padanya aku ga suka gambar begitu (merasa seperti cewe gampangan) and he said sorry tapi kali ini dia bilang aku yang baperan dan terlalu kaku. Lalu ga da kabar atau chat apapun lagi darinya.

Dua hari aku menagis dan penuh drama dalam pikiranku karena Joe. Dia berubah drastis dari pria perhatian ke pria yang kasar dan cuek. Aku sudah berpikir dia akan melanggar perjanjian kami juga (beberepa hari sebelumnya karena dia begitu serius aku buat perjanjian kalau selama 3 bulan dia harus mencariku setiap hari- no excuse). Aku pun sudah siap2 untuk memutuskan hubungan karena berpikir dia pasti akan skip mencariku. Tapi at the end of the day, dia chat dengan gambar goodnight but with no words. Memang perjanjianku tidak memintanya untuk selalu merayuku. Hatiku sedikit lega karena dia ga lupa dan drama di kepalaku selama 2 hari aku nangis tidak perlu terjadi.

Bahasa kasihnya adalah sentuhan, sedangkan aku risih dengan sentuhan.
Dia sibuk dan cuek, aku manja dan menuntut perhatiannya.
Dia sedang kesal dan capek, aku minta dia memahamiku.
I have my bounderies, he breaks them.
Dan semua ini menjadi satu paket pada waktu bersamaan yang akhirnya membuatku marah dan cuma bisa menangis saja.
Dia berusaha memenangkan hatiku dengan caranya, tapi aku terlalu demanding.
Caranya mengasihiku tidak seperti yang aku mau, meskipun sudah aku sampaikan padanya. We don't meet the point.

Aku ingin memberitahunya kemarahan dan kekesalanku, tapi aku tidak ingin membuatnya kesal dan sedih.
Aku ingin dia tahu batasan yang aku buat dan dia harus bisa memahami, tapi aku takut dia tidak bisa terima dan pergi.

Beberapa kali kata-kata yang dia ucapkan membuatku sakit hati (entah becanda atau serius)- sedang bahasa kasihku adalah kata-kata, beberapa kali dia menganggap remeh permintaanku, beberapa kali dia mengacuhkan aku dan sibuk dengan hal lain. Aku tidak mengerti dia, terlalu sulit ditebak. Kadang begitu perhatian, tapi kadang begitu dingin.
Kalau memang aku tidak menjadi prioritas dan penting di hari-harinya, untuk apa aku memikirkan dia dan menambah beban pikiranku sendiri.

I love him and too afraid to lose him, but also I hate how he treats me as he likes.
Entahlah aku harus menunggu kapan untuk memberi tahu dia.
We both need time untuk penyesuaian.
Atau aku pun harus siap kalau memang worse case, tidak ada kesepakatan.

Aku wanita yang harus bisa menjaga kehormatanku sendiri.
Meskipun aku suka banget dengannya, tapi aku ga mau dia tidak bisa menghargai aku dan terima saja apa yang dia lakukan ke aku. Aku tidak mau memaksakan sesuatu yang tidak seharusnya. Maybe, he is just not the one. I don't know.

Let's see what will happen.