Senin, 15 Agustus 2016

LOVE IS A VERB (part II)

Love is a verb. Cinta adalah sebuah kata kerja.
Kelas Pemuridan bulan ini temanya benar-benar berat. CHRIST LIKENESS.
Kalimat penutup dalam sesi pertama adalah, apakah ciri orang yang CHRIST LIKENESS? Rela Berkorban (Sacrifice).


CHRIST = SACRIFICE


SACRIFICE = VERB
LOVE = VERB

Then, CHRIST = LOVE
Allah adalah Kasih.
Berkorban adalah bentuk kasih yang paling konkrit.
Allah mengorbankan dirinya demi manusia yang IA kasihi. Lalu bagaimana dengan kita?


Tidak mudah untuk bisa berkorban, mengikhlaskan apa yang adalah hak kita demi orang lain. Berborban juga berarti merelakan apa yang menjadi keinginan dan kepentingan kita buat orang lain.

Rabu, 10 Agustus 2016

Agustus 2016

Sejak pindah dan tidak menjadi guru sekolah minggu di Citraland, aku hampir tidak pernah bertemu dengan bu Tati lagi. Rasanya kangen sekali pada "ibuku" ini. Bu Tati selalu menemaniku dan menasehatiku selama aku di gereja Citraland. Beberapa kali memang sempat menelepon atau WA, tapi tidak lagi bertemu untuk makan dan ngobrol panjang kali lebar dengan si ibu. Baru bulan ini ketika bu Tati berulang tahun, aku sempatkan untuk menemui ibu dan beribadah bersama.

Selesai melayani di gereja Robinson, aku langsung ijin untuk beribadah di gereja lamaku. Seperti mengenang masa-masa yang pernah kami lalui, aku, bu Tati dan Tony kumpul bersama merayakan ulangtahun bu Tati. Curhat tentang pelayanan kami, cerita tentang murid-murid dan orangtua yang menanyakan tentangku yang sudah tidak di sekolah minggu lagi, dan bergosip tentang orang-orang yang menggosipkan kami. hahhahaha. Bertemu dengan sahabat lama memang menyenangkan. Seolah sudah sehati, kami bisa bercerita apa saja.

Sampai akhirnya Tony harus pulang lebih dulu dan tinggal aku dan bu Tati.
Suasana langsung berubah serius. Hal pertama yang bu Tati tanyakan:

T: Gimana kabar kamu, Ri?
R: Aku baik-baik aja (masih berusaha membuat suasana tidak menjadi semakin serius)
T: Sepertinya tidak begitu. Ada yang kamu simpan di dalam hatimu dan itu sepertinya ga baik.

Bu Tati terkadang sangat memahami suasana hatiku. Mungkin dia juga paham kalau aku ga mungkin tiba-tiba mengajak bertemu jika memang bukan karena ada hal yang ingin aku bicarakan.
Selain memang ingin merayakan ulangtahun bu Tati yang tiap tahun selalu kami lakukan, aku memang ingin curhat karena bu Tati yang tahu paling banyak tentang dia.

Aku tidak tahu sudah berapa bulan, tapi rasanya cukup lama aku tidak berhubungan lagi dengan Mr. HS. Tapi rasanya ada yang mengganjal di hatiku. Ada yang sepertinya tidak selesai. Selama ini, dengan semua pria yang pernah dekat denganku, aku ga pernah sekali pun merasa ada yang hilang ketika mereka tidak lagi menjadi bagian dari hidupku. Bahkan A yang pernah begitu dekat pun dan sekarang sudah punya pasangan pun tidak membuatku merasa kehilangan. Hanya Mr. HS yang membuatku merasa ada sesuatu yang tidak nyaman. Aku merasa hubungan ini tidak selesai dengan baik dan aku merasa bersalah.

Meski sudah sering dinasehati dan menasehati diri sendiri bahwa tak ada gunanya aku memikirkan lagi hubungan yang sudah lalu, tapi aku ga bisa lupa. Entah apa yang salah. Setiap hal kecil bisa mengingatkan aku kepadanya dan membuatku semakin susah lupa. Apa karena apa yang pernah dijalani semuanya seperti yang aku inginkan? Tapi yang aku inginkan tidak nyata, semuanya cuma bohong dan cerita karangan saja. Mungkin karena kebohongan itu adalah keinginan hatiku yang tidak pernah terwujud sehingga semuanya terasa sayang ketika hilang dan aku terus memikirkan itu.
Dulu aku pikir kalau aku tahu jawaban dari pertanyaanku, aku akan bisa move on. Tapi nyatanya, makin banyak pertanyaan lainnya yang makin muncul. Mungkin karena tidak berakhir dengan baik dan ikhlas? Entah bagaimana caranya aku bisa tenang dan tidak memikirkan lagi yang sudah berlalu? Kalau kata Bu Tati, kalau kamu terus teringat sama seseorang, itu karena orang tersebut mau kamu terus ingat kepadanya dan kamu masih ada dalam ingatannya. Apa itu benar? Apa yang harus dilakukan supaya semua ini benar-benar berakhir?