Minggu, 28 Februari 2010

Ada ngak sih etika bertamu yang baku?

Ini adalah curhatan seseorang yang sedang sangat kesal dan bete karena kedatangan tamu. Bukan sekadar tamu biasa tapi tamu luar biasa. Aku bisa ingat betul semua ceritanya karena X bercerita dengan sangat emosi banget sampai rasanya aku bisa merasakan kekesalannya

Curhatan ini juga bukan untuk menyinggung, menyindir, atau menilai orang lain, tapi yang merasa seperti tamu berikut ini, harap merasa tersindir. hehehehehe...

Si X datang padaku dan bercerita tentang tamunya yang baru datang. Sebenarnya kalau mau dibilang tamu juga bukan tamu bagaimana, tapi keluarganya juga.

"Tau ngak sih, gw bete abis gara-gara sepupu gw yang baru datang... Waktu telepon sih katanya cuma mama dan seorang anaknya aja yanga akan datang karena si anak mau ikut lomba di Jakarta, tapi tak tahunya segambreng bo.. yang datang satu kompi pasukan. si ibu, 2 orang anak perempuannnya yang sudah dewasa dan seorang anak temannya yang ternyata ikut juga dalam lomba" cerita Si X panjang lebar dengan sati tarikan nafas.

"Emangnya kenapa?" tanyaku, "Bukannya itu keluarga lo juga?"

"Memang sih keluarga, tapi tau sendiri dong, rumah gw kan kecil," jelas si X. "Eh sebenarnya ga kecil juga sih, cuma ngak ada kamar tamu. ya rumah keluarga kecil, cuma ada ruamh utama, yang pastinya buat ortu dan 2 kamar buat anak laki dan perempuan, dan gw yakin sodara gw juga tau itu."

"Lalu, masalahnya apa?" tanyaku bingung karena masih ngak ngerti.

"Bayangin dong, satu kompi gitu mau kasih tidur dimana?" tambahnya dengan meledak-ledak.

"Lalu?"

"Ya sudahlah, mamaku mengalah. Kamar utama dipakai bersama dan papa pindah tidur di kamar kakak gw yang cowok. ya untung beberapa hari, fine deh."

Menurut X, ini adalah kesalahan pertama dari etika bertamu, yaitu: ngak sadar diri kalau tempat yang ditumpangi terbatas.

"Lalu, waktu mau dijemput, katanya pesawat jam 11 nyampai di Jakarta, ternyata berangkatnya yang jam 11. beete ngak sih. berarti jadwalo kegiatan hari itu kan berubah semua. padahal gw kan ada janji juga ma orang, terpaksa karena sodara ya gw relain deh."

Kesalahan ke-2 dari etika bertamu: ngak mikirin kegiatan orang lain.

"Waktu nyampe dengan enaknya bilang kalau dia salah baca jadwal dan kabarinnya pada jam saat gw dah mo jemput ke bandara. Sebellllllllllll............" kata X dengan nada menggeram.

Aku hanya bisa mendengarkan saja ocehannya.

"Then, begitu nyampe, si anak minta dianterin jalan-jalan ke mangga dua. Hello.. ini jam 3 siang, panas, dan ini Jakart ayang pastinya macet buanget kalo mo kemana-mana, yang ngak mungkin nyampe ke sono dalam 10-15 menit. bisa nyampe sana cuma liatin penjualnya beres-beres barang doang. Eh, dijelasin begitu malah dia minta dianterin ke mall aja dengan nada ngak bersalah sambil melihat ke si ibu yang hanya senyum. Dan dengan sok imut dia bilang kalau dia itu shopaholic. Shopaholic, pala-lu peyang" kata si X dengan nada yang semakin meninggi

OMG, kenapa sih orang bisa ya, perjalanan dengan pesawat berjam-jam tapi ngak capek malah minta ke mall dan yang paling parah adalah besok pagi dia ada lomba.

Dengan emosi yang masih tinggi, X melanjutkan luapan kekesalannya "Dengan enaknya kemudian dia pergi ke mall, kali ini dialihkan kepada tantenya yang mengantar mereka jalan-jalan. Bingung juga, kenapa ngak tinggal di rumah tantenya aja ya sekalia. sebenarnya, dari awal juga udah agak ragu waktu mereka mo datang, soalnya keluarga satu ini emang kurang akur dengan keluarga besarku karen ya sifat-sifat ngak sadar diri mereka."

"lalu apa lagi yang bikin lu kesal sampai segitunya?" tanyaku yang masih penasaran kalau hanya hal sepele segitu saja X bisa seemosi itu.

"OO.. itu belum seberapa. Pulang dari mall udah hampir jam 9 malam dan dengan enaknya mereka bilang kalau mereka belum makan. ya ampun, ngapain aja di mall???. Yang bikin bete adalah, setelah makan, semua piring kotor harus gw yang beresin dan waktu itu, gw udah enak-enak istirahat. bete... bete..." kata X dengan dahi mengkerut seperti apel yang menciut.

Kesalahan ke-3 dari etika bertamu: merepotkan tuan rumah pada jam istirahat.

"Gw ngak ngerti ya, apa sih yang ada di kepala mereka, kok bisa ya seperti itu. abis makan dibiarkan begitu saja tanpa membersihkan sisa-sisa kotoran di meja dan langsung mandi dan minta air mandi hangat lagi. Untung tadi mama sudah nyalain water heater karena mama juga biasa mandi air hangat, kalau ngak pasti harus masakin air karena kalau nunggyu water heater pasti lama lagi." lanjutnya.

"Itu sih, kalau sehari ngak kenapa lah, gw berusaha maklum, tapi ini berturut-turut selama 3 hari nginap. merepotkan abis. gw malas aja kalau jam istirahat apalagi sekarang ini kan liburan, eh malah diganggu. kalau anaknya masih kecil, wajar deh gw yang nyuci, tapi tuh anak udah gadis, pasti bisa dong cuci piring makan sendiri."

"berikutnya adalah," X masih mempunyai stok curhatan yang banyak sepertinya karena ia masih belum cooling down, "pagi-pagi buta, gw disuruh bangun buat nemenin anaknya yang mau lomba dan si ibu dan kakaknya enak-enakan di rumah dan dengan santai bilangnya kalau dia agak siangan baru nyusul. halooo.. ini liburan dan gw harus bangun pagi buat nganterin anak orang lain buat lomba? sungguh menyebalkan."

Kesalahan ke-4 dari etika bertamu: Ngak bilang kalau tuan rumah harus pergi nemenin anak si tamu, sedangkan si tamu enak-enak di rumah.

"Paling kesalnya adalah yang ini gw tungguin dari pagi mpe siang dan ngak berani jauh-jauh karena takut kalau kenapa-napa sama anaknya ato mpe ilang, kan ribet. Gw bilangin ke dia kalau kalau udah selesai, kabarin aku, aku nunggu di kantin sambil ngobrol ma teman gw yang kebetulan siangnya datang buat kuliah. karena takut kelamaan, akhirnya obrolan dengan teman yang lagi asik, gw potong karena ggwaku cari-cari dia di temapat lomba, tapi ngak ada, jadi gw putusin buat call dia, dan tahunya dengan enteng dia jawab kalau di udah di mobil dan sedang menuju mall untuk ketemu ibunya, Sh*t. ini orang nyebelin banget, kenapa sih ngak bilang ato kabarin kalau dia mo pergi.. gw bilang aja kalau aku nyusul deh ke mall. untung mallnya dekat jadi bete sedikit berkurang. waktu sampai di sana , aku tanya ke kakak gw yang nganterin mereka, kalau merka bukan ke mall tapi ke mangga 2. Sh*t... kenapa ngak bilang dari tadi jadi gw ngak udah ribet ke mall. Akhirnya gw yang terpaksa pulang naik angkot pada saat cuaca puanasnya minta ampun."

Kesalahan ke-5 dari etika bertamu: Mengganggu liburan orang lain dan ketika ditemanin malah ngak bilang-bilang kalau pergi sendiri.

"Kasihan ya lo" komenku dengan iseng.

"Oooo... itu belum seberapa?" katanya dengan mata yang membesar.

"kato lo, itu paling kesalnya?" balasku.

"Belum,ini yang puncaknya... ternyata selama dia nginap di kamar, mamaku malah tidur di lantai dengan alas tilam kecil. What a Sh*t guest?" katanya dengan emosi yang memuncak. kalau panas dalah hati bisa berubah jadi asap di kepala dan keliatan, gw yakin asapnya pasti hitam dan tebal.

"Mama lo diperlakukan dengan seperti itu?" seruku dengan mata yang juga melotot karena terbawa emosi

"Kalau bisa gw maki-maki, pasti gw maki-maki mereka. kalau ngak ingat pamanku yang sempat baik banget sama gw sewaktu masih hidup, pasti udah gw omelin habis-habisan." kata-kata yang keluar dari mulut X semakin ngak menentu karena terlalu emosi.

"Yang paling gw ngak ngerti itu, mamanya kok bisa ya membiarkan anaknya bersikap seperti itu kepada tantenya alias mama gw. padahal dia tahu kalau mama gw tuan rumah dan udah tua dan mudah sakit kalau kena dingin. malah bisa-bisanya diminta tidur di lantai yang dingin dengan tilam tipis dan kasur utama mereka tidurin dengan enaknya. otaknya ditaruh di mana sih? gw juga ngak habis pikir, kenapa mama gw baik banget sama tamu ngak tahu diri kayak begitu dan cuma bilang ya namanya tamu harus diperlakukan dengan baik, apalagi itu istri dari adiknya sendiri. Sh*t.. kalau mereka dengar, mereka mikir ngak sih? Gw rasa mereka juga ngak mau tahu. sekarang gw tahu kenapa keluarga besar gw ngak suka sama keluarga gw yang satu ini.. lo liat aja sendiri kelakuan mereka."

Akhir cerita, X hanya bilang.. "Benar-benar deh, ngak ada lagi tamu begituan di rumah, meskipun keluarga.. selama begitu banyak keluarga dan tamu yang datang, ngak ada yang se-merepotkan mereka dan se-gak tau diri seperti mereka. Biasa sih kalau tamu atau keluarga yang datang, gw akan nawarin diri untuk ngasih bantuan ini itu atau nolak kalau mereka mo bantuin karena mereka so nice, tapi kalau yang ini, amit-amit, kalau bisa menghindar sih mending jauh-jauh deh. Kalau ngak ingat kasihan mama, ga mau gw liat muka mereka. 3 hari bo..." kata X sambil mengacung-acungkan jarinya.

Kalau menurut analisa gw, sebenarnya hal seperti ini ngak pelu terjadi kalau orangtua bisa mengajarkan anak sopan santun dan tata krama dengan baik, ngak memanjakan anak secara berlebihan. apalagi kalau anaknya udah dewasa (SMA dan anak kuliahan seharusnya itungannya dewasa dong.. dan harusnya kalau ngak dimanjain pasti bisa lah bantu kerjain kerjaan rumah tangga sederhana seperti nyuci piring atau sekadar lap meja makan).

Gw ingat betul bagaimana orangtua gw selalu mengajarkan gw untuk sebisa mungkin ngak merepotkan orang lain. Dari kecil, kalau aku bertamu ke rumah orang lain, gw rasa gw cukup tahu diri. Apalagi kalau di rumah keluarga besar gw, gw pasti akan tahu diri untuk mengurus diri saya sendiri, dan sebisa mungkin membantu mengerjakan hal-hal yang bisa aku lakuin untuk mengurangi kerepotan mereka. Bukan justru menambah keropotan dan memperlakukan diri seperti tamu hotel yang istimewa dan hanya minta ini itu.. apalagi dengan keluarga sendiri, yang jelas-jelas repot karena ngak punya pembantu dan sudah tua.. ya sebagai tanda hormat dengan yang lebih tua, kenapa ngak sih bantuin or at least nanya apa yang bisa dibantu.. ngak ada deh yang namanya ngak tahu diri dengan hanya enak-enakan santai sedangkan keluarga repot membersihkan tambahan kerjaan karena kedatangan kita.. udah tahu numpang, ya sebisa mungkin membantu sehingga tuan rumah pun senang menerima kita sebagai tamu...

So, buat kamu yang mau bertamu, apalagi ke keluarga kamu sendiri yang boleh dibilang udah dekat dan kenal banget, tau diri lah bagaimana mesti bersikap seharusnya.. jangan sok jadi tamu istimewa yang cuma mau dilayani.. masa sih mesti diajarin pakai buku panduan.. Kalau sampai banyak orang yang seperti, sahabatku X, bisa-bisa buku panduan bertamu gw bikin juga, neh....

Rabu, 17 Februari 2010

Multi tasking is not Multi thinking





Kalau kata orang, wanita itu multitasking.. itu sudah terbukti
Tapi kalau multi thinking?????

Kalau multi tasking, OK. I can do it tapi yang ngak butuh konsentasi dan kemampuan berpikir ya... but multi thinking, I can't.
Sulit sekali konsentrasi pada satu kerjaan dan dan harus memikirkan kerjaan lain juga. Rasanya otak mau mengepul dengan asap hitam...

Ada ngak tips gimana caranya supaya bisa mengerjakan hal dan tetap fokus...
Nulis aja harus baca berulang-ulang kalo mulai ngak konsen...
Kalau mulai ngaco maka muncullah tulisan ajaib yang ngak jelas arah juntrungannya.
Kalau diedit, alhasil bisa sebagian besar harus dibuang karena ngak nyambung sama sekali.

Efek dari ini semua ya, hobi menulis banayak hal harus dituda termasuk menulis blog karena pikiran harus dipusatkan pada si "bos" yang butuh prioritas utama dalam hidup gw saat ini. selain Tuhan tentunya.

Bahkan kadang kalau sudah mulai ngak konsen dan kelelahan, otak gw pun malas mencerna apa yang gw baca, termasuk Alkitab...
Hasilnya ya sekadar baca tanpa tahu apa isinya... sepertia anak TK yang hanya tanpa tahu apa arti dari bacaannya.