Jumat, 04 Maret 2022

What Will You Do for Love?

'What Will You Do for Love?'

Kalimat ini aku dengar ketika tanpa sengaja melihat iklan parfum.

Kalimat yang membuatku berfikir dan merenungkan beberapa hal. Tidak kebetulan juga statement ini didengar di bulan Februari yang selalu identik dengan bulan penuh cinta/kasih sayang.


God is Love.. What will I do for GOD?

I can't do anything karena hidupku adalah milik-Nya, punya Tuhan dan Dia yang melakukan segala sesuatu di dalam hidupku. Kalau tidak karena Tuhan, maka yang akan saya hasilkan hanya hal-hal yang tidak baik dan pastinya tidak mengasihi. Tuhan bilang kalau kita mengasihi Dia, maka kita akan mengasihi manusia lain yang dikasihiNya. Mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan bisa nyata terlihat dengan mengasihi sesama manusia.

Lalu, tidak kebetulan aku baca kembali buku 'Love is a Verb'. Buku ini sudah lama aku selesaikan, tetapi tiba-tiba teringat dan kubaca kembali. Selalu suka membaca buku tentang bagaimana mengekspresikan kasih. Buku ini juga ditulis oleh penulis yang sama dengan 'The 5 Love Languages'.

Kasih ditunjukkan dengan cara yang berbeda-beda dan dipahami dengan cara yang berbeda. Jika buatmu memeluk adalah kasih, maka bagiku belum tentu aku pahami sebagai bentuk kasih. Bahkan bisa jadi hal yang aku rasakan sebagai hal yang menghina bukan mengasihi. Demikian juga sebaliknya, jika aku mengasihi dengan hadiah dan kamu tidak suka, maka yang ada kamu merasa aku cuma 'membelimu' dengan barang-barang. 

Setiap orang memiliki bahasa kasih yang berbeda dan untuk bisa dipahami, maka kita harus belajar mengetahui bahasa kasih dari orang yang mau menjadi target kasih kita.

Satu hal yang pasti, Love is sacrifice. Melakukan apa yang belum tentu kita sukai demi menyenangkan orang yang dikasihi. Berkorban demi kebahagiaan orang lain membawa kebahagian yang tidak pernah terbayangkan. Jika menggunakan logika, maka tidak akan terbayangkan karena Kasih tidak ada di Logika tapi di hati. Sama seperti KASIH BAPA kepada manusia yang kalau dipikir dengan logika, maka tidak akan pernah masuk akal.  Bagaimana bisa masuk logika, seorang raja mau turun ke dunia dan mati untuk tebus dosa manusia. Darah ganti darah sebagai penebusan.

Bisakah saya juga berkorban untuk orang yang aku kasihi untuk membuat dia paham aku mengasihinya? Even bahasa kasih kami berbeda, bersediakah aku merendahkan hati untuk mengikuti bahasa kasihnya supaya ia paham? Berkorban dari materi sampai non materi seperti waktu, tenaga, perasaan, pikiran dan keinginanku sendiri?

LOVE... kata yang sederhana dan mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilakukan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar