Selasa, 08 Februari 2022

The Man in October 2021

 Aku kenal dia tanggal 10.10.21 lewat aplikasi Bumble.

Tak pernah terpikir akan berlanjut serius seperti sekarang.. (Januari 2022)

Aku swipe kanan hanya karena beberapa keterangan profilnya: 

Polyglot (he speaks many languages) - so I assumed he is smart

A proud daddy of a son  - Aku selalu suka dengan sosok ayah yang sayang sama anak yang aku tidak pernah benar-benar rasakan. Dan aku tidak perlu pusing kalau one day tidak punya anak (kalau benar sampai ke hubungan yang lebih serius).

Don't do Alcohol and Smoking - Ini tidak bisa aku tolerir karena aku sensitif terhadap bau alkohol dan rokok/asap.

Children lover - what a heart dan sama dengan pelayananku di dunia anak.

Love travelling, hiking, backpacking, road trip - aku pun suka begitu

I know he is not Chinese, but still I always choose this kind of person (I don't know what is wrong with me). Meskipun aku tahu akan menyulitkanku ke depannya tapi selalu saja hati ini 'nakal'.

Makin ngobrol dengannya, aku makin tertarik sama dia.

Dia pintar, dia rajin, dia tekun, dia ulet, dia sayang sama anak dan keluarganya.

I know I easily like someone. Dikasih perhatian saja, terus kalau ngobrol nyambung dan pintar, pasti aku suka.

He is also sweet banget. Namanya wanita, kalau digombalin, bisa lumer (but, I guess aku ga gitu2 banget karena logikaku terlalu dominan).

Secara logika sih kayak ga make sense, in three days, he can say that he likes and wants me.

Bodoh sih, tapi ini yang terjadi. Entahlah aku dibohongi atau tidak, tapi aku percaya aja sama kata-katanya. Aku berusaha positif saja. Ada rasa kuatir, kejadian dulu akan berulang lagi karena karakternya mirip.

Maybe I'm too naive sampai percaya seperti ini.

Aku bahkan berpuasa untuk hubungan ini, terlepas memang aku mau membiasakan diriku untuk selalu doa puasa sehingga aku tidak mengandalkan diriku tapi benar bergantung sama Tuhan.

Terlepas dia nanti untukku atau tidak, at least, aku belajar berpuasa untuk jiwa yang rindu untuk diselamatkan Tuhan.

Aku percayakan hatiku ke Tuhan, kalau memang bukan untukku, aku belajar ikhlas. Tidak ada hal yang terjadi karena kebetulan, pasti ada pelajaran yang didapat dan mendewasakan.

Memang ada beberapa hal yang menjadi pemikiranku:

  1. Dia bercerai. Tidak ada perceraian yang terjadi karena satu pihak aja. Pasti ada yang salah dari dia juga. Aku ga tahu bagaimana bertanya, pasti pembelaan sepihak dia saja. Tapi itu masa lalunya dan setiap orang punya masa lalu dan berhak atas masa depan yang lebih baik.
  2. Dia terlalu sibuk dan cuek. Kadang aku berpikir, mungkin dia ga siap untuk memulai hubungan lagi. Aku ga tahu apa aku sanggup punya pasangan seperti itu. Aku demanding yang perhatian.
  3. Dia tidak Chinese. Even dia bilang kalau dia ga masalah dan datang dari keluarga yang sangat universal, tetap saja aku bingung. Sepertinya keluargaku yang akan sulit menerima.
  4. Dia berbeda. Ini hanya Tuhan yang bisa menolong. Dia memang ga memaksa dan ga memintaku untuk pindah, tapi aku ga mungkin sanggup melawan Firman Tuhan.

Aku takut kalau aku sebenarnya hanya mainan saja buat dia. Aku ingin serius memberikan hatiku untuknya, tetapi selalu ada kekuatiran kalau dia ternyata hanya main-main denganku. Apa yang dia lakukan bahkan lebih buruk dari yang Tian usahakan dulu. Setidaknya Tian selalu ngobrol denganku, jadwal rutin dan jelas. Yes, I know, aku tidak seharusnya membandingkan.

Aku berharap dia sungguhan dengan aku. Aku sudah siap dengan segala konsekuensinya dan mau menjalaninya. Tapi, kalau dia tidak berusaha meyakinkan, aku  bingung dan tidak berani melangkah lebih jauh.

Kenapa dia ga mau berusaha bertemu denganku? Kenapa tidak pernah meneleponku untuk bicara langsung? Kenapa dia mendadak aktif di sosmed? Apa ga semakin mencurigakan? 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar