Jumat, 21 Februari 2014

Hidupku seperti Sebuah Kapal

Aku merasa hidupku ini seperti sebuah kapal.
Pemilik kapalku adalah Tuhan dan aku dititipkan kapal ini untuk aku jalankan. Kapalku tidak mewah, jauh dari kata megah, tapi aku merasa sangat nyaman dengan kapalku. Tuhan memilihkan kapal yang tepat untuk diriku.
Dalam kapalku terdapat ruangan-ruangan yang diberi nama. Aku melihat ruang keluarga yang sudah berisi orang-orang yang sangat bahagia dan menyenangkan. Meskipun terkadang ada masalah, tapi selalu dapat diselesaikan dengan baik. Lalu, aku melihat ruangan sahabat… orang-orang yang ada di dalamnya adalah orang-orang yang aku kenal karena aku yang mengajak mereka untuk ada di dalamnya. Dan masih banyak ruangan yang lain. Terakhir adalah ruangan kemudi. Ruangan ini khusus hanya aku yang boleh masuk ke dalamnya dan orang yang aku pilih untuk boleh ikut masuk bersamaku. Di ruang ini, aku mengendalikan arah laju kapalku. Aku selalu berkomunikasi dengan pemilik kapal ini untuk bercerita tentang kapalku dan menanyakan banyak hal tentang cara menjalankan kapal ini. Ia sudah memberiku buku petunjuk untuk menjalankan kapal ini sebenarnya, tetapi terkadang aku malas membacanya. Aku sibuk dengan aktivitas lainnya. Aku sibuk belajar mengendalikan kapalku tanpa mau membaca petunjuk di buku yang diberikan, sampai aku bertemu masalah yang sulit, baru aku mau membacanya.
Di dalam kapal ini juga sudah ada beberapa orang yang beberapa kali ku ajak ke ruang kendali untuk membantuku mengatasi kesalahan atau kerusakan di kapal ini. Tapi mereka tidak menetap di dalamnya. Orang-orang ini adalah orang yang sudah ditentukan pemilik kapal untuk membantku jika aku kesulitan mengemudikan kapalku.
Pemilik kapal ini juga berpesan kalau aku akan menjemput beberapa orang dalam perjalanan aku mengemudikan kapalku mengarungi samudera hidupku. Beberapa orang akan masuk ke ruangan yang ada, beberapa akan aku turunkan.. sampai pada saatnya pemilik kapal ini menentukan kapalku untuk berlabuh.
Aku berusaha menjalankan kapal ini dengan baik. Aku berkeliling ke setiap ruanganku. Aku menikmati setiap inci dari kapalku. Ada beberapa bagian dari kapalku yang tidak aku pahami. Ada bagian interior kapal yang tidak aku sukai karena sudah terberi dari sang pemilik kapal. Tapi aku berusaha melihat hal yang indah dari kapalku. Seharusnya setiap hari aku kembali ke ruangan kendaliku, setelah berkeliling dan mengagumi kapalku, tapi terkadang aku lupa dan terus tinggal berkeliling sampai kapalku berjalan tanpa kendali. Terkadang aku bahkan masuk ke area yang di luar kapasitas kapalku, hingga kapalku terombang-ambing tidak jelas. 
Setiap kali aku sampai pada kondisi yang tidak sanggup aku hadapi, aku kembali ke ruanganku dan aku bertanya kepada pemilik kapalku, apa yang harus aku lakukan. Kecerobohanku mengendalikan kapalku berpengaruh kepada seluruh isi kapalku. Aku bersyukur karena pemilik kapalku selalu bisa aku hubungi setiap kali aku menghadapi masalah dengan kapalku ini.
Kadang ketika aku sedang berada di ruanganku, aku tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Aku hidup dalam duniaku, menata semua kerusakan yang terjadi. Beberapa orang kuijinkan membantuku merapikan semua kerusakan yang terjadi. Tapi setelahnya, aku selalu sendiri dalam ruanganku sampai semuanya rapi.
Pernah ketika aku menjalankan kapalku, aku bertemu orang yang lain dan pemilik kapalku mengijinkan aku untuk membiarkan orang lain tersebut naik ke kapalku dan menemaniku di ruang kemudiku. Namun, aku menjelaskan semua petunjuk sebelum masuk ke ruang kemudiku. Pada beberapa kali aku biarkan ia menata beberapa bagian di ruanganku, namun lama-kelamaan, ruangan ini aku rasakan menjadi tidak nyaman. Bahkan terkadang melampaui batas yang sudah saya tentukan. Penataan yang dibuat terkadang membuat kapalku menjadi rusak. Aku terpaksa harus meminta orang tersebut meninggalkan kapalku. Kembali aku menata kembali ruanganku. Jika kerusakan yang ditimbulkan cukup signifikan, maka ruangan lain dalam kapalku juga kan terpengaruh. Aku tidak ada waktu untuk mengunjungi ruangan lain atau berjalan mengelilingi bagian kapal lainnya. Aku sibuk menata ruanganku sendiri.
Akan tetapi, aku tetap menjalankan kapalku dan pengalaman dari masa sebelumnya membuat aku lebih berhati-hati membiarkan orang lain masuk ke kapalku. Aku harus memastikan bahwa orang tersebut sesuai dengan aturan yang aku buat dan pastinya sesuai dengan aturan pemilik kapalku. Terkadang di awal mereka tampak sesuai dengan aturanku sehingga aku biarkan mereka masuk ke kapalku, namun lama-kelamaan aku bisa melihat yang sebenarnya dan kalau itu tidak baik buat kapalku, maka aku akan menurunkannya dari kapalku.
Kali ini aku membiarkan orang lain masuk ke ruang kemudiku untuk menjalankan kapal bersamaku. Aku suka cara ia menata ruanganku, membuatnya menjadi lebih indah. Namun muncul masa di mana ia mulai membongkar bagian yang tidak seharusnya diurusi, atau ia mulai menggerogoti bagian yang sudah aku perbaiki. Ada bagian dari kapalku yang tidak seharusnya diubah dan aku tidak mau diubah sedikit pun. Meskipun dengan alasan untuk membuatnya jadi lebih baik atau sekedar ingin menguji saja, tapi aku tidak suka bagian itu diganggu gugat. Aku tidak mau mengulangi atau merasakan hal yang sma yang tidak aku sukai.
Karena ketakutanku, aku memilih menjalankan kapal ini sendiri tanpa mengajak siapa pun ke ruangan kemudiku. Aku mau menjalankan kapalku dengan petunjuk dari pemilik kapalku. Tak aku biarkan orang lain lagi masuk ke ruang kemudi lagi karena mereka pasti akan merusak semuanya.
Setiap kali kerusakan terjadi, aku trauma. Kenapa tidak bisa hanya mengikuti apa yang seharusnya dan tidak mengubah apalagi menguji kekuatan kapalku. Hingga nanti tiba saatnya pemilik kapalku mengirimkan aku teman yang benar-benar memahami kapalku, aku akan sangat berhati-hati. Meski aku tau, pemilik kapalku mengijinkan semua hal terjadi di kapalku yang adalah miliknya, aku tahu ia akan terus mengawasiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar