Senin, 03 September 2018

September 2018

Agustus berlalu begitu saja tanpa menulis.
Terlalu sibuk dan lelah. Too much yang terjadi di Agustus.

Mari kilas balik sedikit di Agustus.
Awal bulan masih berjalan normal bahkan cenderung excited karena akan segera liburan.
Lalu datanglah masa pengerjaan budget.
Dan dimulai-lah kesebelan saya dibangkitkan dan ujian pun dimulai.
Tahun lalu mengerjakan budget masih baik-baik saja dan menyenangkan meski ribet tapi puas ketika berhasil mengerjakannya dan proses pengerjaan pun tidak lebih dari 2 minggu karena ada yang jadi bagianku dan ada yang jadi bagian atasanku.

Tapi Tahun ini, rasanya berbeda sekali. Atasan baru yang benar-benar rumit.
Ujianku dimulai saat aku menyampaikan hasil meeting budget (katanya meeting tapi isinya minim pengetahuan dan informasi..Aku ga suka meeting ini, buang waktuku saja), dan si bapak keras kepala dan selalu menggunakan maunya sendiri. Ok. Aku belajar sabar dan ikutin saja, sampai pada titik mengganti budget sampai 10 kali dan tidak ada kejelasan dan plan yang firm. Kesal pun mulai muncul karena punya atasan yang tidak bisa mempertahankan idenya sendiri dan setiap kali ada masukan dari orang lain langsung iya diterima tanpa disaring dan menyusahkan orang lain yang mengganti isi yang sudah dikerjakan sebelumnya.

Belum pernah aku mau pergi liburan setidak tenang ini karena kerjaan yang belum selesai dan ga yakin si bapak bisa menjelaskan karena kerjanya cuma bisa meminta ini dan itu saja tanpa benar-benar mengerti apa yang dia minta.
Sebelum liburan, aku berusaha semua sudah dijelaskan dengan baik dan iya mengerti bahkan sudah dikasih contekan kalau ditanya dan sudah diajarkan juga kepada sekretarisnya, tapi tetap saja tidak berakhir.
OMG.. aku mulai tidak sabar menghadapinya.
Dari sebelum liburan sampai pulang liburan pun masih berkutik di budget yang sangat menyebalkan sekali. Sampai benar-benar memuncak kesabaranku mengurusi budget.
Seumur-umur tidak pernah aku membayangkan harus menghapalkan ayat tentang taat kepada atasan supaya aku bisa mengurangi rasa kesal/marah. Buang energi dan bikin dosa paling ga mutu yang pernah dilakukan olehku.

Baru 3 bulan dengan atasan baru sudah berkali-kali muncul pikiran untuk resign  karena tidak tahan.
Ujianku kali ini benar-benar di ambang batasku.
Kalau bukan karena dalam kelas pemuridan, mungkin aku sudah hancur dan kalah.
Aku bertanya berkali-kali, berdoa terus-menerus untuk ujianku.
Aku paling tidak tahan dengan orang yang ga pintar dan ga mau diajar dan Tuhan perhadapkan aku terus-menerus dengan orang-orang seperti ini. Aku ga boleh "kabur" lagi, kalau aku mau lulus dan naik kelas. Dari bawahan, rekan kerja sampai atasan... dikelilingi sama "jenis" manusia yang begini.
Menulis ini aja membuat aku merinding membayangkan diriku dalam lingkungan yang begitu menguji iman.
Tapi mentorku selalu bilang kalau sudah jadi leader, challenge-nya pasti lebih besar lagi. Kalau sedang dipersiapkan Tuhan untuk naik level, pasti ujiannya akan makin sulit. Kalau mau melahirkan keajaiban besar, hamilnya pasti berat. Kalimat-kalimat ini yang membuatku terus bertahan. Entah berapa kali aku menangisi kondisiku ini. Lelah dan rasanya udah ga sanggup, tetapi bersyukur punya orang-orang terbaik yang Tuhan taruh di hidupku untuk menguatkanku.

Ujian pun ga berhenti sampai di pekerjaan saja.
Di keluargaku juga.. banyak hal yang harus disesuaikan lagi.
Aku harus belajar mengerti dan bukan minta dimengerti dengan segala yang aku alami.
Di pelayanan.. semakin besar tuntutannya dan yang terjadi bikin aku semakin frustasi. Rasanya beban yang kubawa berat banget dan sudah campur aduk dengan pekerjaan dan urusan rumah sampai yang ada, aku terus menerus marah dengan orang-orang yang aku harapkan sudah bisa bekerja lebih baik, tapi nyatanya sama "bodohnya". Sampai aku rasanya mau mundur saja. Semakin aku ada didalam, semakin banyak aku menyakiti orang-orang. Kesabaranku rasanya ga cukup, terus-menerus di-strech sampai aku kesakitan sendiri. Semakin aku kesal/marah, semakin aku sedih.
Aku butuh menarik diriku sesaat untuk melihat apa yang Tuhan mau dalam hidupku saat ini dan berhenti saat dengan "kesibukan dan kemampuan dan pemikiranku sendiri".



Tidak ada komentar:

Posting Komentar