Senin, 13 Oktober 2025

Rumah atau Coffee Shop

 12 Oktober 2025

Tak bisa tidur dan kepala penuh.. mari dituangkan.

Teringat pada statement, "Kamu seperti rumah buatku".

Benarkah rumah? atau cuma persinggahan yang nyaman sesaat saja?

Aku membayangkan rumah yang ideal yang selalu aku impikan.

Rumah yang nyaman, bersih dan terawat. Rumah yang hangat. Rumahku mungkin tidak semewah rumah yang lain. Tidak sebesar dan secanggih rumah di kawasan elit. rumahku hanya rumah sederhana yang nyaman dan cukup untukku.

Rumah yang dirawat, diisi perabotan yang sesuai, butuh membuang barang-barang yang sudah tidak terpakai supaya tidak menjadi sampah dan beban. Mungkin banyak barang yang sesekali berantakan, tapi masih terasa nyaman.

Sesekali rumahku bisa bocor dan harus ditambal, kadang AC-nya tidak dingin dan harus dibersihkan. Aku jaga supaya tidak berayap dengan perawatan terbaik. Ada biaya yang aku keluarkan untuk menjaga rumah ini tetap nyaman dan kuat untuk aku tinggali sampai akhir hidupku dan bahkan bisa aku wariskan untuk jadi tempat ternyaman orang tersayangku. Biaya yang aku keluarkan sebagai investasi tapi untuk jangka panjang untuk menjaga tempat ternyamanku

Harusnya ini rumah. Butuh effort untuk menjaganya tetap nyaman untuk tempatku pulang. Effort yang sebanding dengan kenyamanan yang aku dapat. Aku bisa melakukan apa saja yang aku suka di dalam rumahku. Apa saja. Kalau aku sedang tidak ingin melakukan apapun, aku bisa hanya tidur dan berdiam diri saja di sana, tak ada yang akan menggangguku.


Tapi nyatanya tempat yang dipikir rumah hanya persinggahan seperti coffee shop.

Tampilannya bisa seperti rumah, tapi ketika aku masuk, rasanya asing. Nyaman untuk sesaat tapi tidak bisa menetap lama.

Untuk menikmati kenyamanan coffee shop ini aku membayar segelas minuman. Tapi, aku tidak bisa meminta bau ruangan yang aku suka, aku tidak boleh mengganti tata letaknya, aku tidak bisa berlama-lama juga di sana karena ada batas waktunya. Jika ingin berlama-lama dan terus mendapatkan kenyamanan ini, aku harus terus membayar. Tapi seberapa lama aku bisa di sana? Karena akhirnya yang aku mau adalah pulang ke rumah yang aku upayakan dengan tanganku sendiri.

Nyaman tapi tidak bisa berlama-lama... hotel yang mungkin paling mirip dengan rumah. Tapi tetap saja bukan rumah. Aku hanya punya 1 ruangan. Awalnya nyaman tapi lama-lama aku bosan.Aku tidak bebas melakukan apapun yang aku suka. Dan yang pasti aku menghabiskan uangku untuk sesuatu yang tidak dapat aku nikmati selamanya.


Pada akhirnya rumah adalah tempat ternyamanku dan aku bisa pulang tanpa beban.

Tapi ini bukan tentang aku dan rumahku. Aku mungkin kamu anggap rumah tapi rumah yang tidak kamu usahakan dan lama-lama menjadi kusam dan tidak nyaman. Dingin dan hampa.

Aku ingin kembali ke rumah tapi ternyata kamu hanya coffee shop. I pay and spend my money to feel comfort for a while and at the end of the day, I don't fell like home. I want to go home.




Minggu, 20 Oktober 2024

Diam

 20 October.

Pelantikan presiden dan wakil presiden periode 2024 - 2029. Bpk. Prabowo dan Gibran.


Aku duduk diam sendirian di coffee shop langgananku setiap kali harus menunggu setelah pulang dari gereja. Kupesan latte, sedikit beda dari pesanan biasaku.. long black.

Terik panas matahari jam 12 siang. Mobil lalu lalang. Aku lurus memandang ke arah orang-orang yang keluar masuk minimarket di seberang coffee shop. Semua sibuk beraktivitas. Pandanganku tidak fokus. Melamun dan melihat dengan pikiran kosong.

1 jam tanpa HP karena kutitipkan ke kasir untuk charge. Aku lupa membawa charger dan baterai HP sudah sekarat, padahal aku masih menunggu mekanik datang. Mobilku mogok. Ini sudah kedua kali di kondisi dan waktu yang sama. Aki tidak menyala pada saat mau pulang gereja. Bedanya kali ini tidak ada lanjutan kegiatan lain yang buru- buru. Ini menjadi moment pause langka tanpa HP. Hal yang sudah jarang terjadi sama anak-anak zaman now yang tidak bisa lepas dari gadget.

Lahir di masa HP baru muncul dan punya satu saat sudah kuliah membuatku biasa saja saat tidak pegang HP. Canggung sedikit tapi I'll survive. Moment diam, kosongin pikiran, jauh dari sosmed, jauh dari cahaya gadget.

Tapi.. diam bukan diriku dan bukan pilihanku. Otakku tidak mau kompromi. Doing nothing supposed to be a good thing once a while, tapi aneh aja buatku. Ga bertahan lama masa-masa diam dan bengongku. Aku acak-acak isi tasku mencari pulpen. Aku bongkar dompet berharap menemukan media buat menulis. 

Era modern menjauhkan aku dari kertas dan pencil yang biasa selalu ada di tasku. Secarik bon lama dari belanjaku yg terselip di dompet menyelamatkanku dari rasa bosanku. Ayo menulis dan keluarkan isi kepalaku.

First.. planning. Jangan pernah tidak bawa charger atau at least bawa HP lainnya. Tablet atau notepad, dipakai atau tidak, bawa saja. Diam bukan opsi otakku yang aktif. Bagaimana bisa tinggal di Bali dengan niat menenangkan diri kalau duduk diam sebentar saja sudah bosan😅

Saat aktif ingin diam. Saat diam ingin aktif.

Uniknya, kali ini otakku tidak merancangkan drama. Pikiran yang biasa muncul di kepalaku kalau aktif tak terkontrol adalah drama putusin pacar😅

Pandangku kembali tertuju ke minimarket di seberang karena itu pemandangan utama dari tempat dudukku. Ada badut yang berdiri di depan pintu. 3 jam aku duduk, si badut berdiri tanpa lelah, memegang kaleng uang dengan tulisan yang tak jelas terbaca olehku. Badut setia, menunggu dengan konsisten, berharap belas kasihan pelanggan minimarket yang keluar masuk, membukakan dan menahan pintu, akan memberikan uang. Sesekali ada yang memberikan uang, mungkin kembalian dari belanja. Mungkin rasa iba, si badut mendapat saweran.

Mataku mulai lelah karena silau matahari. Efek kafein mulai terasa. Jantung berdetak cepat, mulai gelisah, perut juga bereaksi, untung sudah sarapan. Tapi kembali aku hanya..Diam.

Mekanik datang, diamku pun selesai.

Sabtu, 04 Mei 2024

Dampak The Architecture Of Love

 4 Mei 2024

Kencan dengan om yang selalu dengan opsi paling sederhana dan ga menguras banyak energy yaitu nonton. Kali ini pilihan film jatuh pada 'The Architecture Of Love (TAOL)'. Film adaptasi dari novel Ika Natasha.

Aku iyakan karena memang dari awal sudah tertarik sama film ini. Pertama karena pemainnya Nicolas Saputra dan Putri Marino pastinya. Kedua, karena film ini adaptasi dari novel tadi yang sudah bukan rahasia kalau Ika Natasha sudah menghasilkan karya yang bagus-bags, seperti Critical Eleven, Twivortiare, dsb.

Besides, memang ini film yang paling mending dari yang lagi tayang saat ini. Mostly film horror yang sudah pasti aku hindari banget kalau bukan terpaksa karena si om ngebet banget mau nonton. Kalau pun nonton yakarena supaya bisa spent time sama om aja. Kamau ditanya enjoy atau ga... ya sudah pasti ngak.

Selain itu juga... ini moment until bisa berdua sama om setelah ngambekan gw yang berkepanjangan, ya hitung-hitung menghargai upaya dia untuk menyenangkan aku, memperbaiki hubungan, atau modus lainnya.

Tapi dampak dari film ini membuat aku ingin bisa menulis dan bikin novel Dan bisa dijadikan film juga suatu hari.

Yes.. Dari dulu aku suka menulis. Harusnya bisa ya.. Karena banyak kisah dalam hidup yang bisa dituliskan. Sama seperti komik yang mengahsilkan karya dari kegelisahan, hsrusnya penulis pun adapt inspirasi dari kegelisahan.

Aku butuh belajar menulis supaya setiap ceritaku menarik dan enak dibaca, bukan sekedar seperti diari saja. Cerita yang seolah berbicara . Oooo... pengen banget bisa mahir menulis. Di sela bekerja bisa menghasilkan karya dari hobi dan sekaligus aktualisasi diri.

Let's start 

Senin, 22 April 2024

A Song That is Me 2024

Tak Sengaja pagi ini mendengar lagu ini di radio saat perjalanan ke kantor.

Pertama kali dengar dan langsung merasa kalau lagu ini sedang menceritakan keadaanku saat ini.

Malam yang berat aku lalui setelah aku menyampaikan isi hatiku yang sudah kutahan lama.

Sedih. Hancur. Kecewa. Lega. Semua rasa bercampur.

Entah ujian apa lagi yang harus aku lalui. 

Bolehkah aku berhenti sejenak untuk menangis. Dada ini terasa sesak. Penuh banget.

3 tahun yang dijalani di atas benang harapan yang begitu tipis sampai di titik aku ragu apakah akan ada ujung yang jelas atau akan terus was-was berjalan. Apa aku putuskan untuk terjun saja?

A song by Ziva M.

Lyrics: 
Coba.. coba menatap kesana Adakah jalannya? Kita akankah berakhir bersama? Ataukah tak bisa? Mimpi tapi tak berani Ingin pergi tak bernyali Bahagia di ujung hari Akankah terjadi? Tapi munafik ku menunggu tak tentu Bila tak kunjung datang kepastian tentang waktu Ku menunggu harimu tak ragu Yakinkan diriku kita tak sekedar buang waktu


Aku kehilangan keyakinan itu.

It's too draining. Aku lelah dan ingin berhenti.

Seumur hidupku aku sudah berusaha bertahan untuk kuat sendiri.

So.. here I am. Feeling so alone. Finding my own happiness



Update: Agustus 2024

Benar saja, kondisi hubungan ini semakin tidak jelas. 3 minggu tidak bicara. kembali berulang karena tidak pernah diselesaikan. Selalu dibiarkan saja.

Lelah dan frustasi.

Ingin akhiri tapi tidak berani.

Benar-benar lelah. 

Menumpuk pekerjaan, pasangan, -- mulai hampa karena seperti kehilangan Tuhan


Selasa, 28 November 2023

'Seiman dan Sepadan' - ku

Seiman dan sepadan ku saat ini sedang dalam fase yang sangat complicated.

Sama mengimani Tuhan yang Esa tapi Ia tidak menerima tritunggalku

Sama mengimani kalau Tuhan yang memberi anugerah keselamatan tapi tidak pada keyakinan ke surga.


Tapi kali ini aku mau membahas sepadanku.

Sepadan secara pendidikan, latar belakang keluarga, financial, pola pikir, dan banyak lagi.

Bagaimana dengannya??

Karena banyak hal yang tidak terjawab, maka aku tidak benar-benar tahu apakah latar belakang kami sepadan atau tidak.

Dia pintar, mengaku lulusan S2... tampak sepadan.

Dia menceritakan pengalaman kerja yang baik... tampak sepadan.

Dia bilang punya harta A, B, dan C... tampak sepadan.

Tapi kan itu cerita dan kata saja, apakah yang tampak benar seperti itu.... entahlah

Saat ini yang aku lihat tidak seperti itu. Yang aku jalani juga berbeda. Aku mulai lelah dan tidak tahu akan sampai kapan. 

Ingin rasanya melepaskan saja dan berjalan seperti yang tampak saja.

Yet.. aku ingat pernah bilang untuk walk by faith not by sight.

Apa aku harus menutup mata saat ini kalau yang aku jalani tidak membahagiakan dan tidak seperti yang dijalani orang pada umumnya?

Apa karena aku salah makanya aku harus mengalami ini?

Aku lelah, aku bosan dan aku mulai tidak sanggup menjalani ini.

Aku ingin melepas ikatan ini karena mulai terasa begitu menyakitkan.


Jumat, 05 Mei 2023

Tua tapi Kelakuan Anak Kecil

Ini hanya curhatan karena sudah menumpuk di dada dan perlu ditumpahkan saja.

Kali pertama dalam hidup ketemu manager dan direktur sudah tua tapi kelakuan anak kecil.

Cari muka.. entah dimana muka selama ini ditaruh sampai harus cari muka begitu.

Kesal, bete sampai di titik ingin membenci. Jika bukan karena ingat Tuhan rasanya ingin maki-maki saja.

Manager kelakuan anak kecil, direktur pun sama. Ngambekan dan ga mature dalam menghadapi situasi.

Ga bisa diterima dikiritik, ga bisa terima masukan orang, ga bisa menerima cemooh?? ga berjiwa besar.

Kalau tidak berjiwa besar, tidak akan pernah jadi orang besar.

Lesson learnt:

1. Keep your feeling for yourself

2. Jangan menilai bahwa setiap posisi senior adalah orang yang mature secara mental

3. Jadi pribadi yang lebih bijaksana dalam menyikapi situasi

4. Never be like the one you don't like

5. Leave the situation that do not make u grow


Bosan dan lelah. entah sampai kapan masih harus bertahan dan berjung di sini Tuhan?

Please, let me grow in other place. Enough is enough. Aku mau dan harus pergi Tuhan.

Mereka butuh orang yang lebih tepat daripada saya.


Minggu, 30 April 2023

Pertanyaan Tiada Habis

10.10.2021 - 10.10.2022 menuju 10.10.2023

Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Masih banyak keingintahuan yang tak terpenuhi.
Masih banyak keraguan yang tak tersingkapkan.
Masih banyak hal yang mengganjal yang tak lepas dari pikiranku.

Jawaban selalu tunggu, nanti, belum saatnya.
Haruskah bertahan? Atau haruskah berhenti?
Haruskah menyampaikan semua yang aku mau?
Aku tidak bisa menerima apa adanya, apakah terlalu tinggi ekspektasiku?

Haruskah terima saja hal yang tidak bahagia ini?
Aku menentukan standar yang tinggi?
Aku merasa layak terima yang baik karena aku berusaha untuk jadi baik.
Apakah harus terima apa adanya pada saat aku berusaha tidak hanya memberi apa adanya tetapi yang terbaik.

Kalau kata orang, nobody's perfect. Yes, I'm not perfect either. Tapi saya berusaha untuk perfect.
Tapi kalau dia tidak berusaha jalan menuju perfection itu, apakah aku harus nunggu?
Aku lelah. Aku bosan. Aku ga mood. Aku ga tahan.